
LINKSULSEL.COM – PADA awal era 90-an, lewat tangan dinginnya Jan Djuhana, kala itu masih bekerja di Team Records, mengorbitkan Kla Project dan Dewa 19. Mendekati akhir era 90-an, Jan membidani lahirnya Sheila on 7. Jan juga sukses mengorbitkan Padi, Cokelat, /rif, dan Gigi.
Lalu di milenium baru muncul Indrawati Widjaja, bos perusahaa rekaman Musica Studio’s. Bu Acin –begitu ia biasa dipanggil — yang menemukan bakat besar Peterpan. Lewat polesannya, band asal Bandung itu merajai industri musik lokal. Oh ya, berkat telinganya yang jeli Bu Acin sukses melambungkan Nidji, Letto, d’Masiv dan Geisha. Setelah Jan dan Bu Acin, kini ganti Rahayu Kertawiguna yang berkibar.
Rahayu pendiri sekaligus pemilik perusahaan rekaman Nagaswara. Perusahaan inilah yang membidani lahirnya Kerispatih, Wali, T2, Hello, The Virgin, Lucky Laki, dan sebagainya. Totalnya, Nagaswara memayungi lebih dari 200 artis.
Ini menjadikan Nagaswara perusahaan rekaman lokal dengan artis terbanyak. Jangan salah, prestasi yang ditorehkan Rahayu bukan sekadar jumlah artisnya yang segudang. Produk-produk yang dikeluarkan Nagaswara punya prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Berbeda dengan Jan atau Bu Acin yang sukses menghasilkan band jutaan keping, tak satu pun band atau penyanyi milik Nagaswara yang meraih angka penjualan fantastis. Maklum, tren penjualan fisik yang terjadi lima tahun belakangan membuat angka penjualan kaset atau CD terjun bebas. Jangankan satu juta, meraih penjualan 100 ribu keping pun sudah prestasi yang luar biasa buat perusahaan rekaman atau band.
Karena angka penjualan yang makin menurun, alat ukur sukses atau tidaknya sebuah band bukan lagi berapa jumlah kaset yang terjual. Kini, ringback tone atau RBT jadi indikatornya. Nah, di RBT inilah Rahayu dan Nagaswara unggul.
Band Nagaswara yang paling menonjol dalam urusan RBT adalah Wali Band. Lagu Aku Baik-Baik Sayang milik band yang terbentuk pada 2008 ini meraih angka RBT lebih dari 20 juta kali unduh.
Kalau diakumulasikan, lagu-lagu yang terdapat di dua album milik band asal Blora ini, Orang Bilang (2008) dan Cari Jodoh (2009) barangkali telah dinduh lebih dari 30 juta kali. Angka ini, bisa jadi, menjadikan Wali band dengan raihan angka RBT paling tinggi sejagat.
Di luar Wali masih ada Kerispatih, The Virgin, Lucky Laki, atau pun T2 yang beberapa lagunya diunduh lebih dari sejuta orang.
Sukses band-band itu membuat Nagaswara salah satu perusahaan yang dilirik bakat-bakat baru. Alhasil, meja kerja Rahayu tak pernah sepi dari kepingan CD yang berisi lagu demo band atau pun penyanyi baru. Setiap hari, ratusan demo masuk ke Nagaswara.
Meski sekarang berkecimpung dalam dunia rekaman, Rahayu mengawali kariernya bukan di dunia musik. Dia memulainya di seni grafis. Rahayu sempat bekerja di beberapa perusahaan rekaman sebagai sebagai ilustrator sampul-sampul lagu.
Bosan mendesain, ia nekat nyemplung ke dunia musik. Dunia ini sebenarnya tak asing. Sedari kecil ia sudah akrab dengan musik. Saat masih sekolah, saya pernah serius belajar instrumen musik seperti flute atau piano. Bahkan, saya pernah dilatih langsung oleh almarhum Pranadjaya (pelopor Bina Vokalia-red). Saya juga pernah bikin band,” ujarnya.
Ditambah pengetahuan soal bisnis musik yang diporelehnya saat bekerja sebagai ilustrator sampul kaset, ia nekat mendirikan perusahaan rekaman.
Kala itu rekaman yang dihasilkan berupa album-album Mandarin. Lantaran tak punya modal cukup, ia meminjam duit ayahnya. Sayang, perusahaan rekaman itu kemudian gulung tikar hanya dalam hitungan bulan.
Uang sekitar 80 juta yang dijadikan modal, amblas begitu saja. Saya bisnis lagu Mandarin, tapi saya sendiri nggak bisa berbahasa Mandarin. Dan mungkin lagu-lagu berbahasa Mandarin itu terlalu segmented, telaah Rahayu soal kegagalannya kala itu.
Gagal tak membuat Rahayu jera. Setelah dirasa punya modal cukup, ia kembali menggeluti bisnis rekaman. Perusahaan itu diberi nama Nagaswara. Diberi nama itu supaya perusahaan ini jadi besar seperti naga.
Produk rekaman yang didistribusikan kebanyakan album-album Barat bergenre house music. Musik genre ini kebetulan lagi digandrungi. Bosan hanya jadi pengedar album-album pengiring dugem, Rahayu memperluas usaha dengan mulai memproduksi album musisi lokal.
Proyek rekaman perdana Nagaswara adalah album kompilasi Gulalikustik. Salah satu band yang bergabung dalam album kompilasi ini adalah Kerispatih. Di album itu Kerispatih menyumbangkan dua lagu, “Lupakan Aku” dan “Sebentuk Hati buat Kekasih”.
Sayang, produk pertama ini tak begitu kencang gaungnya. Tahun 2005, Nagaswara merilis album debut Kerispatih bertajuk Kejujuran Hati. Dari sinilah sukses Nagaswara bermula. Singel-singel di album ini seperti “Kejujuran Hati”, “Cinta Putih”, dan “Lagu Rindu” membuat penjualan album ini laris manis.
Nagaswara makin menunjukkan kekuatannya dengan merilis T2 yang performanya bisa dibilang cukup gemilang. Tahun 2008, Nagaswara memperkenalkan Wali yang seperti kita ketahui, lagu-lagunya diunduh sampai belasan jutaan kali.
Dalam memilih band sebenarnya enggak susah-susah amat. Yang penting lagunya klik saja di telinga saya. Kalau sudah klik, pasti bisa dijual, bilang Rahayu.
Meski tergolong sudah mapan, Rahayu terus mencari bakat-bakat baru yang bisa diorbitkan. Ia bahkan merogoh koceknya untuk membuat studio musik di kawasan Cibubur yang bisa dipakai cuma-cuma. Studio itu dikhususkan untuk remaja-remaja yang ingin mengembangkan kariernya di dunia musik.
“Daripada melakukan yang enggak-enggak, seperti memakai narkoba, mending mereka bermain musik saja. Kalau bagus, kan mereka bisa rekaman bareng Nagaswara,” pungkas Rahayu.(bin/gur)
Editor : Triutami