• Kemalasan bukanlah hal yang buruk dan riset mendukungnya
    Oleh | Minggu, 3 November 2019 | 12:25 WITA

    LINKSULSEL.COM – MLucy Gransbury mengaku bahwa ia adalah seorang yang “malas” dan ia “bangga” akan hal itu.

    “Kami tak menyebabkan drama, karena malas berurusan sama sekali,” kata Lucy membanggakan dirinya dan orang-orang sepertinya.

    Kemalasan, atau keengganan dan keseganan mengupayakan sesuatu bagi diri sendiri, bisa menyebabkan rasa bersalah.

    Namun orang seperti Lucy, seorang aktris dari Melbourne, Australia, berpendapat kemalasan tidaklah buruk. Dan ternyata ada riset yang mendukungnya.

    Orang malas pantas lebih dihargai. Kami selalu menemukan cara tercepat mencapai tujuan, dan tak buang-buang waktu dengan mengambil jalan sulit,” kata Lucy.

    Menurut Lucy banyak temuan termotivasi oleh kemalasan. “Roda adalah yang paling utama, ditemukan karena mereka malas menggeret-geret barang berat kemana-mana. Penemuan itu sebenarnya metode mencari kenyamanan. Telepon misalnya, ditemukan karena orang malas berjalan kalau mau bilang ‘helo’ ke tetangga.”

    Lucy tidak sendirian dalam hal ini. Bill Gates pendiri Microsoft juga pernah dikutip bilang bahwa ia akan memilih orang malas untuk mengerjakan pekerjaan susah, karena mereka bakalan mencari cara paling cepat untuk mengerjakannya.

    Riset di Oxford University yang dilakukan Professor Masud Husain memperlihatkan kemalasan bisa membuat otak bekerja lebih keras.

    Ia merancang percobaan untuk melihat perbedaan kerja otak antara orang malas dan yang tidak malas.

    Mereka harus menjawab kuesioner motivasional dan setelahnya dikelompokkan menjadi tiga kategori: bermotivasi, apatis dan tengah-tengah.

    “Kami minta mereka menjalankan tes, yang pada dasarnya meminta mereka memutuskan apakah hal tertentu merupakan imbalan yang pantas untuk satu upaya fisik,” katanya.

    “Kemudian kami membedakan hadiah dan upaya yang dibutuhkan untuk mendapatkannya. Mereka harus melakukan upaya meremas dengan tangan untuk bisa mendapatkan hadiah.”

    Hasilnya?

    Tak mengejutkan kelompok yang malas tak berupaya terlalu banyak untuk dapat hadiah. Namun para ilmuwan kaget ketika melihat hasil pindai otak para peserta eksperimen ini.

    “Orang-orang yang apatis berbeda dengan orang yang bermotivasi. Bukan dalam soal struktur, tetapi dalam hal tingkat aktifitas otak ketika mengambil keputusan,” kata Profesor Husain, seorang profesor bidang Cognitive Neuroscience di Oxford University.

    “Otak orang yang apatis lebih aktif dalam keadaan seperti itu ketimbang orang-orang yang bermotivasi,” katanya.

    “Seakan-akan lebih sulit bagi mereka untuk memutuskan. Ketika memutuskan apakah sebuah upaya pantas dilakukan atau tidak, otak memakan energi lebih besar. Otak memakan bahan bakar, membakar gula dalam membuat keputusan. Ketika neuron aktif, mereka mengkonsumsi energi”.

    Jadi, apabila otak orang malas membakar lebih banyak energi ketika melakukan analisa untuk membuat keputusan, kenapa kemalasan dipandang sebagai perilaku negatif?

     

    Editor : Rusdi Nadira