MAKASSAR, LINKSULSEL.COM– Konferensi Wilayah (Konferwil) XIII NU Sulsel yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulsel telah menetapkan Anregurutta Dr KH Hamza Harun Arrasy LC MA sebagai ketua tanfiziyah terpilih.
Konferensi itu berlangsung di Auditorium KH Muhyiddin Zain Universitas Islam Makassar, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulsel, Sabtu (27/10/2018).
Anregurutta Dr KH Hamza Harun Arrasy, adalah Dosen UIN Alauddin Makassar. Ia juga Kepala Divisi Hubungan Luar Negeri MUI Sulsel, Wakil Ketua Tanfiziyah PWNU Sulsel serta manjabat sebagai Mustasyar NU Kota Makassar.
Tak hanya itu, Hamzah Harun juga merupakan Ketua Dewan Pembina Dewan Pengurus Pusat Pondok Pesantren Asadiyah dan mantan Kepala Balai Litbang Makassar.
KH Hamzah Harun lahir pada 30 Juli 1962. Gelar BA diperoleh pada 1987 dan Drs bidang Aqidah dan Filsafat tahun 1989 dari IAI As’adiyyah Pusat Sengkang.
Memperoleh ijazah (LC) bidang Aqidah dan Falsafah dari Fakultas Ushuluddi Universitas Al-Azhar Kairo Mesir (1992). Menyelesaikan Diplom ‘Am pada program Magister di Institut Study Islam Zamalik Kairo (1995).
Gelar Magister bidang Aqidah dan Falsafah diperoleh dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Um Durman Sudan (1998). Studi Doctor bidang Falsafah pada University Al-Nilain Khartoum Sudan 1999-2004. Doctor of Philosophy bidang Ushuluddin dan Falsafah diperoleh dari Universiti Kebangsaan Malaysia tahun 2005-2009.
Sejak tahun 2009 beliau dikukuhkan sebagai dosen tetap pada Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar. Pada thn 2011-2012 menjadi visiting professor pada Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan Brunei Darussalam.
Pada tahun 2013 bertugas sebagai Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar untuk wilayah Timur Indonesia.
Anregurutta Dr K H Hamza Harun Arrasy, memiliki sejumlah visi misi jika terpilih menjadi ketua. Yang pertama membangun NU kultural menjadi NU struktural dengan cara memaksimalkan infrastruktur organisasi sampai tingkat ranting, bahkan sampai ke anak ranting.
“Yang kedua memerdayakan PC, lembaga dan banom dalam melaksanakan berbagai inovasi program,” ujarnya.
Yang ketiga membangun sinergiatas dengan pemerintah dan stakeholder lainnya. keempat memperjelas kembali asser NU. Kelima membantu PC untuk mendirikan lembaga pendidikan NU, minimal lembaga tahfizh Alquran atau PAUD berbazis masjid atau filantrophy Islam/Care NU.
“Yang keenam memaksimalkan pengkaderan Aswajah melalui PKU NU. Ketujuh menghidupkan Lailatul Ijtima di masjid semua tingkatan kepengurusan. Mengelola masjid-masjid yang berhaluan NU dengn baik. Memaksimalkan PKPNU atau pengkaderan-pengkaderan lainnya di semua tingkatan termasuk lembaga dan banom,” jelas Anregurutta Dr KH Hamzah Harun Arrasy.
(FO)
Editor: Ahmad