LINKSULSEL.COM. Warga minoritas kecil Kristen Ortodox Gaza tahun ini kembali tidak dapat merayakan Natal dengan kunjungan ke Betlehem di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Dengan pengepungan Israel yang sedang berlangsung di daerah kantong itu sejak 2007 silam, orang-orang Palestina di Gaza dilarang bersatu dengan anggota keluarga di Tepi Barat, dan dilarang mengunjungi Betlehem, tempat Gereja Nativity berada.
Salah seorang warga Kristen Ortodox Gaza, Samir Abu Nussira mengatakan, sebelum Gaza dikepung, hari-hari Natal dirayakan dengan penuh kegembiraan
“Di lapangan publik yang besar dengan musik, beragam pertunjukan, parade, sebatang pohon besar yang menyala-nyala dan puluhan orang berpakaian seperti Santa,” ungkapnya seperti dimuat Al Jazeera.
“Jalan-jalan berseri-seri dengan sukacita dan kegembiraan, orang-orang benar-benar bahagia,” sambung Nussira.
“Saat itu, kami biasa merayakan di Gereja Kelahiran Yesus, kemudian mengunjungi kerabat kami di bagian lain Tepi Barat pada Malam Natal,” lanjut Nussira.
“Namun, tahun ini, saya dan istri saya mengajukan petisi (kepada pihak berwenang Israel) untuk bepergian dengan anak-anak kami ke Betlehem untuk Natal, tetapi hanya anak-anak saya yang mendapat izin untuk bepergian keluar dari Gaza, sementara istri saya dan saya ditolak,” tambahnya.
Israel mengizinkan orang-orang Kristen untuk mengajukan petisi yang luar biasa kepada Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), yakni sebuah badan militer Israel yang mengelola sebagian Tepi Barat, untuk menyeberang dari Gaza selama musim liburan. Namun izin jarang diberikan.
Direktur Hubungan Masyarakat Gereja Ortodoks di Gaza, Kamel Ayyad mengatakan, mengajukan petisi tidak menjamin penerimaan.
“Tahun ini, kami mengajukan 1.000 petisi untuk mengunjungi Betlehem dan Yerusalem, tetapi kami menerima 104 penolakan dengan Israel mengutip masalah keamanan,” kata Ayyad.
Editor : Heny