MAKASSAR, LINKSULSEL.COM– Tiga bocah menjadi korban penyekapan dan penyiksaan seorang perempuan di Makassar. Ketiga anak yang disekap itu adalah AW (11), F (6), dan DV (2,5) tahun. Ketiganya bukan saudara kandung dan diasuh oleh seorang perempuan, Memey di Jalan Mirah Seruni blok FF, Kelurahan Pandang. Sebelum melarikan diri pada Minggu (16/9) kemarin, AW sempat meminta pertolongan warga dengan melambaikan tangan di lantai 3 ruko yang mereka tempati. AW memberi isyarat untuk diberikan makan dari balik kaca.
AW, bocah paling tua mengisahkan perlakuan kasar yang dialaminya bersama F dan DV alias DR.
Diceritakan, Ia mulai dipingit oleh Ibu angkatnya, Memey saat berusia 9 tahun. Saat itu, AW duduk di Kelas 4 di salah satu sekolah dasar di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar.
“Lama sekali ma di sana (ruko di Jalan Mirah Seruni blok FF). Saya di sana mulai kelas 4 SD. Saat itu saya masih sekolah,” ungkap AW saat ditemui di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Dinas PPA Kota Makassar, Selasa (18/9/2018).
Selama dua tahun dipingit, selama itu pula AW mengalami perlakuan kasar dari ibu angkat. Bahkan, tidak dibiarkan pergi sekolah. AW pun terpaksa berhenti sekolah mulai kelas 4 SD.
“Saya tidak dibiarkan pergi sekolah mulai kelas 4. Kalau masih lanjutka, saya sudah kelas 6 sekarang,” ucap AW.
Selama dua tahun dikurung dalam ruko, AW disuruh membersihkan rumah. Mengepel lantai dan mencuci piring. AW bersama dua bocah lainnya diperlakukan laiknya seorang asisten rumah tangga.
Selain bersih-bersih, AW setiap harinya harus memberi makan enam anjing peliharaan. Sekaligus membersihkan kotorannya.
“Setiap hari, kami membersihkan rumah merapikan barang-barang. Tugas saya memberikan makan anjing, setelah itu membersihkan kotorannya,” tuturnya.
Pekerjaan itu harus beres. Jika tidak, mereka mendapat hukuman.
“Rambut saya pernah ditarik. Pernah dipukul pakai gantungan baju dan pernah dipukul pakai sendok panas yang sudah dikasih minyak panas,” ungkap AW.
Tiga korban penyekapan sudah ditangani oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) kota Makassar di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
AW adalah perancang skenario untuk kabur dari rumahnya. Skenario itu berhasil dengan mencongkel penghalang gerai ruko yang dipasang ibu angkatnya yang ditinggalinya selama kurang lebih dua tahun.
“Sekarang ketiganya sudah kita tangani, ketiganya sudah mulai terlihat bermain-main, dan kita akan terus berusaha mengembalikan kepercayaan dirinya. Kita akan buat ketiganya menjadi generasi yang berhasil nantinya,” ucap
Kepala DPPPA Makassar, Tenri A Palalo.
Wali Kota Makassar Moh Ramadhan “Danny” Pomanto turun tangan dalam kasus dugaan penyekapan dan penganiayaan tiga bocah oleh ibu angkatnya.
Kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar, Danny menginstruksikan penanganan khusus terhadap tiga bocah tersebut. Ia mengaku bersyukur ketiga anak itu bisa cepat ditemukan dan tidak sempat berujung pada perdagangan manusia.
“Langkah pertama yang harus diambil yaitu menghilangkan rasa trauma yang dialami oleh ketiga anak ini. Jadi DPPPA harus segera melakukan hal itu,” ucap Danny Pomanto saat mengunjungi tiga bocah itu di Kantor P2TP2A DPPPA Kota Makassar, pada Selasa (18/9/2018).
Pada pertemuan itu, Danny menggendong salah satu korban. Ia pun mengelus kepala dua bocah lainnya.
Danny pun memastikan dua dari tiga bocah itu harus mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Sebab, dua bocah tersebut sejatinya sudah bersekolah tapi tidak disekolahkan oleh ibu angkatnya, Memey.
“Kita harus memastikan anak-anak ini harus tetap bersekolah, jangan biarkan anak-anak ini putus sekolah,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas DPPPA Makassar Tenri Palallo memastikan, kedua bocah ini sudah masuk bersekolah. AW harus duduk di bangku SD kelas 6 sedangkan F duduk di TK.
“Kita sudah daftarkan keduanya untuk masuk sekolah besok. Jadi, ada sekolah yang kerja sama dengan kita sehingga keduanya sudah bisa langsung masuk sekolah besok,” tutupnya.
Ahmad Rusli