• Tinggalkan AS Rintis GoJek di Indonesia
    Oleh | Minggu, 9 September 2018 | 15:14 WITA

    Kevin Aluwi
    Co-Founder sekaligus Chief Financial Office (CFO) GoJek.

    LINKSULSEL. COM – Kevin Aluwi adalah salah satu putra bangsa yang masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia di tahun 2016.

    Kelahiran Jakarta, 1 September 1986 ini
    menjabat sebagai Co-Founder & Chief Financial Officer (CFO) GoJek.

    Sebelumnya, ia menempuh pendidikan di University of Southern California dan bekerja di sana selama 1,5 tahun.

    Kembali ke Indonesia, Kevin bergabung dengan salah satu fashion e-commerce ternama dimana ia bertemu dengan Nadiem Makarim.

    Pertemanan Kevin dan Nadiem semakin akrab yang membawanya berdiskusi mengenai Go-Jek yang saat itu seperti terlantar.

    Setelah melakukan beberapa diskusi, mereka berdua pun kemudian memutuskan akan menangani GoJek secara lebih serius.

    Pada tahun 2014, Nadiem dan Kevin memutuskan untuk terjun langsung mengelola GoJek bersama-sama. Setelah pada awalnya banyak yang meragukan prospek bisnis ini

    Baru kemudian setelah aplikasi GoJek meluncur, dan banyak driver yang terlihat di jalanan, membuat banyak orang tertarik dengan bisnis ini.

    Selain itu, penetrasi penggunaan internet dan smartphone juga sangat menunjang keberhasilan bisnis GoJek. Setelah diluncurkan beberapa saat, secara mengejutkan GoJek menjadi fenomena bisnis yang luar biasa.

    Pada awalnya mereka hanya menargetkan 4000 driver pada akhir tahun 2015, namun ternyata sungguh luar biasa, driver melebihi target bahkan mencapai 200 ribu driver. Meski bisa dibilang bisnis yang dikerjakan sudah mencapai kesuksesan, namun Kevin tetap memiliki harapan besar terhadap GoJek. Ia memimpikan suatu saat GoJek akan bisa tersedia di seluruh kota besar di Tanah Air.

    Aluwi saat membangun GoJek memiliki keyakinan bahwa dirinya akan bisa menikmati perkembangan bisnis digital di Indonesia dan tentunya bisa memberikan kontribusi langsung di dalamnya.

    Kevin kemudian menjelaskan bahwa jika ia pulang ke Indonesia pada tahun 2016 seperti pada saat ini, mungkin kondisinya sudah jauh sangat berbeda. Atau bisa dikatakan sudah ketinggalan kereta.

    “Gue yakin 2011 tepat untuk kembali, karena saya bisa menikmati perkembangan Indonesia sekaligus berkontribusi di dalamnya. Kondisi ini akan berbeda bila kembali di 2016 atau 2020, kasarnya sudah ketinggalan kereta,” terangnya.

    Editor : Heny