• Politik 2019; Panggilan Sejarah Bagi Anak Muda
    Oleh | Minggu, 26 Agustus 2018 | 10:52 WITA

    Penulis : Ricky Valentino

    Direktur Eksekutif PIKIR KALTARA

    DUA  pasangan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan bertarung di pemilihan Presiden 2019 tampak sangat hati-hati dalam menentukan setiap langkahnya. Hal ini bisa dilihat dari strategi dan pilihan yang diambil oleh masing-masing bakal calon presiden saat menentukan siapa yang akan dipilih sebagai calon wakil presiden.

    Hari terakhir batas pendaftaran yang diagendakan KPU dipilih oleh kedua pasang bakal calon untuk mendaftarkan diri. Memasuki babak berikutnya juga kembali terlihat sangat hati-hati bagi kedua tim yang akan bertarung, dalam penentuan siapa yang akan menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional, saling intip kekuatan kembali terjadi.

    Berbagai pernyataan di media dan situasi politik yang terjadi hari ini bisa disimpulkan sementara kalau kedua tim ingin menampilkan sosok anak muda sebagai salah satu pilihan realistis.

    Politik dan anak muda adalah dua hal yang punya sejarah panjang di negeri ini. Berdirinya pers pertama sebelum republik ini berdiri, pernyataan politik kebangsaan dalam episode kongres kepemudaan, hingga tonggak proklamasi kemerdekaan, dalam catatan sejarahnya diisi oleh anak-anak muda yang secara usia dan semangat tidak terbebani oleh beban masa lalu. Anak muda-kelompok usia yang memiliki stamina dan imajinasi yang tidak bisa diukur dalam standar-standar yang normatif.

    Gambaran sejarah ini yang juga kembali memanggil anak muda untuk turun gelanggang dalam proses elektoral Pilpres 2019 yang telah memasuki tahapan resmi dari KPU bersama dengan pemilihan legislatif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, pusat, dan DPD RI.

    Pilpres 2019 adalah panggung besar bagi anak muda untuk tampil mendorong analisa, ide, dan gagasannya kepada para capres dan cawapres yang kemungkinan besar akan diikuti oleh dua pasang calon yaitu Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandi.

    Kenapa anak muda harus ikut andil dalam proses politik ini? Salah satu alasan kuatnya adalah kedua paslon capres dan cawapres adalah petarung-petarung politik yang lahir pasca reformasi dijalankan di Indonesia.

    Untuk itu dua paslon ini tidak hanya dituntut untuk terbuka melihat kondisi yang ada, para calon pemimpin ini juga akan mewariskan banyak hal di masa yang akan datang dari setiap kebijakan yang diambil oleh para pemimpin negeri ini.

    Anak muda juga mewakili jutaan kelompok usianya dan generasi muda lainnya yang akan menghadapi tantangan zaman yang lebih kompleks dan global di masa yang akan datang. Untuk itu anak muda tidak hanya menjadi kompas dalam proses demokrasi ini, anak muda juga harus aktif menjadi aktor yang menunjukkan arah bangsa ini agar lebih baik dan punya daya saing yang tangguh.

    Politik kaum muda dikunci oleh tiga narasi-produktif, anti korupsi, dan pemersatu.”

    Kiranya jika Asian Games 2018 dihiasi oleh prestasi gemilang atlet-atlet muda, dalam perjalanannya, agenda Politik 2019 tantangan bagi kedua bakal calon untuk memilih anak muda dalam keputusan-keputusan strategis.

    Editor : Heny