Makassar, Linksulsel.com— Kenaikan kurs dollar terhadap rupiah yang mencapai angka 14.600 rupiah saat ini memang cukup meresahkan.
Menguatnya dollar terhadap rupiah yang cukup tinggi membawa implikasi setidaknya pada dua hal, yakni investasi serta ekspor impor.
Namun, khusus di Sulsel kondisi ini tidak perlu dikuatirkan. Pasalnya fundalis ekonomi yang telah terbangun di Sulsel menjadi tameng tersendiri untuk menjawab tekanan dollar terhadap rupiah.
Fundalisme ekonomi yang terbangun sejak pemerintahan Syahrul Yasin Limpo ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yakni 7,38 persen serta terjadinya surplus ekspor dibanding impor. Kondisi inilah yang diakui menyelamatkan Sulsel dari goncangan efek kenaikan dollar. Sementara, secara nasional kenaikan dollar cukup berpengaruh karena nilai impor yang lebih tinggi dibanding ekspor.
Hal inilah yang menjadi bahasan menarik dua pemateri dalam kegiatan dialog yang dilaksanakan oleh Pemprov Sulsel pagi tadi di Toraja Press Room Kantor Gubernur Sulsel, Senin 20 Agustus 2018. Dua pemateri yang hadir dalam dialog yaitu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulsel, A.M Yamin dan Pengamat Ekonomi, Bahtiar Maddatuang.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulsel, A.M Yamin mengatakan bahwa dengan semakin menguatnya dollar terhadap rupiah tidak perlu menimbulkan kepanikan, justru harusnya menjadi momentum yang menguntungkan bagi daerah.
“Seharusnya kita manfaatkan momen ini untuk kepentingan daerah. Paling berpeluang misalnya di sektor industri yang memanfaatkan produk lokal, karena hanya bahan impor yang terkena dampak, olehnya harus dimanfaatkan untuk memperoleh benefit bagi daerah,” jelas A.M Yamin.
Di kesempatan yang sama, Bahtiar Maddatuang menegaskan ekonomi nasional harusnya berkiblat ke Sulsel yang telah memiliki fundalisme ekonomi yang kuat sehingga tidak terpengaruh pada melemahnya rupiah.
Penulis :Ahmad Rusli
Editor : Heny