• Nostalgia Anak 90an di Film Keluarga Cemara
    Oleh | Sabtu, 5 Januari 2019 | 17:26 WITA

    LINKSULSEL.COM– Sebelum sinetron Indonesia diasosiasikan dengan tontonan buruk, Keluarga Cemara pernah dianggap sebagai salah satu pengecualian.

    RCTI pertama kali menayangkannya sepanjang periode tahun 1996 hingga 2002. Setelah jeda selama dua tahun, Keluarga Cemara ditayangkan kembali pada tahun 2004 di TV7 (sekarang Trans 7) hingga tamat pada 2005.

    Skenarionya diadaptasi dari cerita bersambung karya Arswendo Atmowiloto yang dimuat di Majalah Haidengan judul yang sama. Lima tokoh utamanya adalah Abah (Adi Kurdi), Emak (secara bergantian diperankan oleh Novia Kolopaking, Aneke Putri, dan Lia Waroka), Euis (Ceria HD), Cemara (Anisa Fujianti), dan Agil (Pudji Lestasi).

    Kelimanya tinggal di sebuah desa di pelosok Sukabumi, Jawa Barat, dan menjadi representasi keluarga miskin. Abah berprofesi sebagai tukang becak, sementara Euis bantu-bantu jualan opak buatan Emak. Ara dan Agil punya pembawaan ceria, meski nasibnya tidak seberuntung anak-anak yang lain.

    Terselip nilai-nilai positif dalam petuah Abah kepada Euis dan adik-adiknya di setiap keluarga mendapat cobaan. Abah turut piawai merespon berbagai cobaan hidup dengan bumbu humor. Konflik yang muncul justru makin menguatkan hubungan antar anggota keluarga.

    Ide ini tergolong segar di masa stasiun televisi swasta mulai menjamur di Indonesia pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Di masa tersebut sinetron (dan telenovela) mulai menjelma sebagai hiburan utama bagi khalayak luas.

    Keluarga Cemara adalah tipikal sinetron yang menampilkan penderitaan rakyat kecil. Namun, di sisi lain, sinetron ini dianggap berbeda karena konfliknya tidak didramatisasi secara berlebihan.Keluarga Cemara menunjukkan bahwa kebahagiaan itu tetap ada di tengah kondisi serba-kekurangan. Kesan yang membumi dan natural ini membuat penonton merasa dekat (relate) dengan ceritanya.

    Pesan-pesan moral, terutama soal kejujuran, turut menjadi alasan mengapa sinetron ini cocok ditontonkan ke anak-anak. Inilah mengapa Keluarga Cemara kerap didapuk sebagai sinetron keluarga yang ideal.

    Keluarga Cemara menjadi legenda dan legenda selalu punya peluang untuk direka ulang atas nama nostalgia. Si Doel dan kegalauan klasik Sarah-Zainab sudah terlebih dahulu masuk bioskop pada awal Agustus 2018. Memasuki awal Januari 2019, giliran Keluarga Cemara yang dibikinkan versi layar lebarnya.

    Visinema Pictures mempercayakan tugas penyutradaraan kepada Yandy Laurens. Sosok Abah diperankan oleh Ringgo Agus Rahman. Nirina Zubir memerankan Emak, Adhisty Zara (Zara JKT48) sebagai Euis, dan Widuri Putri sebagai Ara.

    Film memaparkan asal-usul Keluarga Cemara saat masih hidup secara mapan di Jakarta. Abah memimpin sebuah perusahaan konstruksi. Emak jadi ibu rumah tangga. Euis bersekolah di SMP favorit dan aktif di klub tari. Ara masih SD, punya hobi menggambar, serta kerap bertingkah absurd.

    Kehidupan mereka berubah 180 derajat usai Abah ditipu saudaranya sendiri yang diam-diam ikut bisnis properti abal-abal. Rumah Abah beserta isinya disita. Mereka terpaksa pindah ke rumah Aki (kakek Euis dan Ara) di sebuah desa di pinggiran Sukabumi.

    Mulai dari sini, film kembali ke narasi lawasnya. Abah bukan lagi pekerja kerah putih, tapi buruh bergaji pas-pasan. Euis pindah sekolah ke sekolah non-elite sembari berjualan opak yang dibuat oleh ibunya. Ara tetap bertingkah absurd, tapi ia paling gampang beradaptasi dengan lingkungan baru.

    Keluarga Cemara tiba-tiba kehilangan segala yang serba-mapan. Mereka dipaksa menanggalkan gaya hidup yang urban. Mereka turun kasta. Dari golongan ekonomi menengah menjadi golongan ekonomi bawah (miskin).

    Industri film mengenal poverty porn. Istilah ini terlebih dahulu melekat pada industri acara pertelevisian untuk menunjukkan usaha mengglorifikasi atau mengeksploitasi kemiskinan sebagai jalan untuk menjaring penonton.

    Mengapa? Sebab penderitaan yang datang dari kemiskinan gampang didramatisasi untuk memancing empati penonton. Kemiskinan adalah salah satu prakondisi yang paling mampu memunculkan drama, terutama di masyarakat di mana kemiskinan masih menjadi problem besar.

    Kisah ringan Keluarga Cemara pun menjadi semakin menarik ketika banyak pesan-pesan yang bermakna sepanjang film. Film ini mengajarkan betapa pentingnya arti sebuah keluarga.

    Dengan segala kelebihannya, patut dikatakan bahwa Keluarga Cemara adalah sebuah hiburan yang utuh untuk dinikmati sekeluarga saat akhir pekan. Naskah yang ditulis oleh Gina S Noer dan Yandy Laurens yang juga berperan sebagai sutradara pun saling melengkapi.

    Keluarga Cemara tidak kehilangan kehangatan yang membuatnya tenar saat dimainkan Adi Kurdi cs. Ia seakan membuat nostalgia, namun tetap relevan di masa sekarang.

    (TRT-CNN)

    Editor: Ahmad