Oleh: Nasrudin Joha
ILC batal tayang, yang disuguhkan tayangan ulang yang sudah basi ditonton. Katanya sih ada hal teknis hingga tidak tayang, padahal infonya mau tayangin tema persekusi. Apa ILC juga kena korban persekusi ?
Sepertinya bang Karni harus bicara, apa yang terjadi dibalik layar. Tidak elok membatalkan sepihak, padahal boleh jadi orang pada beli Indomie dan telur untuk persiapan tonton ILC sampai larut malam. Bisa jadi, permintaan telur jadi tinggi karena ada yang begadang nonton ILC. Bisa juga, Pak Mendag umumkan lagi telur mahal karena ILC, bukan karena piala dunia.
Ayolah bang, bicaralah pada awak. Kasihan sekali penggemar ILC, Kalo dikampung mungkin sudah pada mencabut ubi singkong, digoreng untuk kudapan nonton ILC. Bukankah media memiliki hak imunitas untuk mengabarkan warta kepada publik ?
Bukankah pihak-pihak terkait bisa melakukan ferifikasi pada banyak isu yang saat ini hangat diperbincangkan ?
Bukankah rezim bisa mengutus Ngibulin, untuk bersalto indah, menjilat borok-borok kekuasaan di ajang ILC ? Kalau Ngibulin kurang tangguh, bukankah rezim masih memiliki amunisi Abu Janda ?
Ayolah, jangan digdaya dengan kuasa dan wewenang, tetapi pecundang menghadapi diskusi dan pemikiran. ILC itu forum intelektual, forum untuk masyarakat agar mendapat hak atas apa yang terjadi pada negara. Kenapa hak itu di berangus ?
Menghadapi diskusi dengan rakyat saja keok, bagaimana mau diskusi pada forum kawasan ? Forum regional atau internasional ? Apa setiap wawancara dan diskusi pewarta, kelak akan diajukan menteri untuk di tes wawancara ?
Siapa yang bisa memberi kabar, apa benar ILC korban persekusi. Kalau bang Karni saja tidak berdaya, apalagi kami rakyat jelata ? Kalo media saja dibungkam, bagaimana Aspirasi rakyat dapat disuarakan ?
Sudahlah, tidak usah dijelaskan. Kami bisa mendengar tanpa bersuara, kami mencerap dan mengindera, betapa rezim dungu berwajah Ndeso ini sedang mempertontonkan kediktatoran massal. Tidak saja pada rakyat jelata, tetapi juga kepada insan media.
Tetapi bolehlah awak bersenandung, buat bang Karni Ilyas selaku Host Fenomenal pembawa acara ILC :
“Oh, betapa kerah baju menyempit, leher ini tercekik tirani kuasa. Mencoba menyesakkan dada, dengan mengumbar kejumawaan dan ego kuasa”
Editor : Heny