• Kisah Pilu Abdullah Sidiq, Korban Gempa Palu yang Kehilangan Isteri dan Anak
    Oleh | Kamis, 4 Oktober 2018 | 15:16 WITA

    PALU, LINKSULSEL.COM– Abdullah Sidiq (30) hanya bisa berteriak menyaksikan istrinya, Fajriani (22) dan kedua anaknya, Fadillah (6) dan Naylah (3) ditelan bumi bersama rumahnya di Komplek Perumnas Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Abdullah selamat bersama anak bungsunya, Hafika, 1 tahun yang saat gempa berada 50 meter dari rumahnya.

    “Saat itu saya baru berjalan beberapa meter bersama anak bungsuku, Hafika ketika gempa terjadi,” katanya sambil menahan kesedihan, Rabu (3/10/2018) kepada tim Dompet Peduli Umat Makassar.

    Abdullah tidak bisa menolong orang-orang yang dicintainya ketika tanah di Perumnas bergerak naik setinggi rumahnya.

    Ketika bumi bergetar dahsyat, dia berlari menyelamatkan diri bersama anak bungsunya, Hafika. Nanti setelah gempa reda, dia kembali kerumahnya. Disaksikannya rumahnya telah lenyap.

    Hanya atap rumahnya yang tersisa. Teriakannya memanggil nama isteri dan kedua anaknya, tidak mendapat jawaban. Tangisnya pun pecah bersama warga lain yang mengalami kejadian serupa.

    “Tanah naik setinggi rumahku. Saya hanya bisa berteriak memanggil isteriku. Tapi tidak ada jawaban” katanya sambil terisak-isak.

    Keesokan hari, dia mencari keberadaan isteri dan kedua anaknya ditempat pengungsian. Tapi tidak ditemukannya. Diapun yakin keluarga tercintanya berada didalam rumah yang telah amblas.

    Dia kembali kerumahnya untuk menolong. Tapi tak mampu karena rumahnya sudah lenyap. Hanya bau bangkai menusuk hidung yang tercium.

    “Saya yakin isteri dan anak-anakku sudah mati, pak. Saya mencium bau bangkai. Saya pasrah,” katanya.

    Dia mengaku pasrah dengan kejadian yang menimpa keluarga tercintanya. Kini dia hidup di pengungsian bersama anak bungsunya, Hafika yang masih balita.

    “Saya kini hidup bersama anak bungsuku. Saya masih berharap tim penolong bisa mengeluarkan mayat isteri dan anak-anakku,” katanya sambil menerima bantuan dari Yayasan Donasi Peduli Ummat (DPU).

    Dari lokasi kejadian, tim DPU melihat sejumlah tanah naik tak beraturan. Jalan-jalan aspal yang dilalui kendaraan retak-retak dan bergelombang. Bahkan ada jalan yang naik setinggi 50 centimeter.

    Jalan-jalan dipenuhi debu tanah merah. Pipa-pipa air bersih PDAM pecah menyemburkan air, sehingga jalanan tergenang. Terlihat dari kejauhan alat berat excavator  membersihkan puing-puing rumah yang rubuh. Sejumlah relawan dan petugas penyelamat bekerja bahu membahu.

    Bahkan disejumlah titik, tersebar pasukan TNI bersenjata lengkap. Setiap kendaraan yang akan masuk area diberhentikan untuk ditanyai tujuannya memasuki lokasi bencana.

    “Kami harus memastikan tujuab warga dan kendaraan yang mendekat ke lokasi bencana. Kalau ingin menyalurkan bantuan agar dilakukan secara baik agar warga tidak berebutan,” kata salah seorang anggota TNI berpangkat Letnan Dua (Letda) sambil menenteng senjata laras panjang. (ss)

    Laporan Tim Relawan Dompet Peduli Umat (DPU) Makassar, Sulfaedar Pay dari Palu