Masyarakat Tana Luwu, memiliki tradisi tersendiri saat anak anak akan memulai mengaji. Tradisi ini dituangkan dalam sebuah kegiatan ritual kecil kecilan yang dianggap sakral pada saat anak anak akan memulai membuka Alquran. Prosesi ini biasa disebuat seperti Appamula aqurang, Mappamula Baca, atau biasa disebut membuka Quran.
Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan warga pada umumnya di Luwu, misalnya di desa Pabbaresseng, kecamatan Bua, desa ini merupakan desa tempat pendaratan Islam pertama di Luwu. Masyarakat melakukan ritual ini biasanya dimulai saat malam 17 Ramadhan hingga akhir Ramadhan, dengan tujuan agar berkah atau hikmah malam Lailatul Qadri dapat mengalir pada anak seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Sebelum memulai membuka Alquran, sejumlah persiapan dilakukan seperti menyediakan Gula merah, Kelapa Muda, Santan, Pisau, Jarum dan Benang. Gula merah dan Santan dibuat menyatu lalu diberikan untuk diminum, setelah diminum, sang guru kembali memberikan jampi-jampi dengan membacakan sebuah ayat yang ditiupkan di kepala, tepatnya di Ubun-ubun, agar anak anak-kelak dapat mengilhami dan mempelajari dengan baik bacaan Alquran.
“Maknanya kita berikan gula merah, dicampur santan atau kelapa muda agar hatinya bisa senang dan lancar dalam menghafal Alquran, sementara Jarum dan Benang bermakna sebagai ketajaman hati dalam belajar, dan Benang sendiri dapat diartikan bahwa kelak akan diikuti oleh orang orang,” kata Muhammad Tazar, guru mengaji, Sabtu (09/6/2018)
Prosesi pembukaan Alquranpun dimulai, sang guru memandu anak dengan bacaan yang dimulai dengan surah Al-Fatihah hingga surah-surah pendek. Guru yang memandu menggunakan pisau tajam atau biasanya menggunakan keris, baik pusaka maupun bukan pusaka, sementara sang anak mengikuti petunjuk dan bacaan dari guru dengan menggunakan Jarum disertai Benang.
Prosesi pembacaan Alquranpun berakhir, sang anak diarahkan untuk menusuk Alquran dengan Jarum sebagai simbol kedalam hati dalam mempelajari dan menghayati Alquran. Setelah prosesi ini berakhir, sang anak kembali diberi jampi jampi dengan diberi minum dari air kelapa.
“Air kelapa itu sebagai simbol membersihkan, dan rasa manisnya memberikan kegembiraan hati pada sang anak,” lanjut Tazar.
Desiyanti, salah satu warga desa Pabbaresseng di Luwu menyebutkan bahwa tradisi Mappamula Baca sudah turun temurun dilakukan di keluarganya.
“Tradisi seperti ini sudah diajarkan oleh orang tua kami sejak dulu dan dilakukan umumnya pada bulan Ramadhan, dengan harapan mendapat rahmat dari Allah, karena bulan Ramadhan itu awalnya Alquran diturunkan,” ujarnya
Artikel ini telah tayang sebelumnya dengan judul asli
Kalau Anak Mau Mengaji, Begini Tradisi Masyarakat Tana Luwu
Sumber berita lihat selengkapnya di: