LINKSULSEL.COM– Bagi masyarakat etnis Tionghoa saat imlek, keberadaan kue keranjang selalu menjadi kesan tersendiri. Maka tak heran jika saat imlek kue keranjang diburu.
Bahkan, kue keranjang bisa tahan hingga berminggu-minggu, hinga berbulan-bulan, begini ternyata rahasianya.
Kue keranjang kini juga kian mudah ditemui karena banyak yang menjualnya. Namun bagi yang penasaran membuat kue keranjang dapat mencoba membuatnya di rumah.
Kue yang terbuat dari Beras Ketan yang di campur Gula ini merupakan sebuah makanan wajib yang ada pada saat Imlek.
Dilansir dari TribunJambi.com yang berkesempatan mengunjungi lokasi pembuatan Kue Keranjang di jalan Veteran, Gang Sukur 3, Kota Pontianak, terdapat seorang warga yang sejak turun temurun membuat kue Keranjang di Kota Pontianak.
Agus Namanya, ia membuat kue Keranjang di ajari oleh sang ayah, dan sang ayah mendapat ilmu membuat kue Sang keranjang dari sang kakek, dan begitu seterusnya.
Bahan utama Kue Keranjang ini dari Ketan Putih, dan ada juga yang terbuat dari ketan hitam.
Dalam proses Pembuatannya, ternyata, Ketan yang di giling bercampur air ini akan di campur dengan gula lalu di aduk dan didiamkan sampai esok pagi.
Lalu, setelah itu di kukus hingga 15 – 16 Jam, agar mendapatkan warna coklat yang pas.
Makna Dibalik Lezatnya Kue Keranjang
Dilansir dari Bangkapos.com ada sejumlah filosofi dari kue keranjang. Yang pertama adalah bahan pembuat kue. Kue keranjang dibuat dari tepung ketan yang punya sifat lengket.
Ini punya makna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu.
Rasanya yang manis dari gula dan terasa legit pun menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, kegembiraan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.
Bentuk bulat dari kue keranjangtanpa sudut di semua sisi juga punya makna mengagumkan karena melambangkan pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting dibandingkan lainnya dan akan selalu bersama tanpa batas akhir.
Diharapkan keluarga juga bisa berkumpul minimal 1 tahun sekali sehingga akan tercipta kerukunan dalam hidup dan siap untuk menghadapi hari-hari kedepan.
Jadi, pesan kekeluargaan begitu jelas terlihat disini, tidak hanya dengan keluarga saja, tetapi juga dengan komunitas, tetangga, klien, dan pelanggan usaha.
Tekstur dan daya tahan kue keranjang yang disantap saat Imlek pun punya arti filosofi.
Kekenyalan yang terasa merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan perasaan pantang menyerah untuk meraih tujuan hidup.
Karena itulah pesan untuk berjuang hingga akhir menjadi satu hal yang begitu terekam bagi masyarakat Tionghoa saat menyantap kue keranjang.
Sedangkan daya tahannya yang begitu lama mempunya arti hubungan yang abadi biarpun jaman telah berubah.
Kesetiaan dan sikap saling menolong pun sangat penting untuk mewujudkan pesan ini sehingga diharapkan ketika waktu terus berjalan, rasa kekeluargaan akan selalu terjalin dengan baik.
Proses pembuatan kue keranjang juga punya makna. Karena waktu pengerjaan yang begitu lama yaitu sekitar 11–12 jam menuntut kesabaran, keteguhan hati, serta cita-cita untuk mendapatkan hasil maksimal.
(TJ)
Editor: Ahmad